Judul : Di Bandara Heathrow Semua Bermula dan Berakhir
Penulis : Zeynita Gibbons
Editor : Yon Moeis
Penerbit : Pustaka
Artaz
Anggota IKAPI:
038/SB/2023
ISBN :
978-979-8833-00-0
Cetakan I : Juli 2025
Halaman :
xviii + 320
Harga : Rp
SEJAK kembali ke
tanah air pada Maret 2021, Zeynita
Gibbons setelah menetap selama 20 tahun lebih di Kerajaan Inggris, banyak
pelajaran yang didapatkannya. Begitupun saat dirinya memutuskan kembali ke
kampung halaman di Nagari Paninjawan, Solok, Sumatra Barat. Banyak
pengalaman suka duka yang saya dapatkan di kampung sendiri dan bahkan membuat
saya mengalami “culture sock”
Setelah empat tahun terakhir menetap di kampung, penulis
buku ini menemukan keasyikan, apalagi harus mengurus “Taman Ilmu H. Abd. Moeis – Hj.
Syamsiar Moeis”; berupa perpustakaan serta pelayanan kursus Bahasa Inggris dan
matematika untuk anak-anak di kampung. Kegemarannya traveling, menjelajah dunia, khususnya di
tanah air yang, dengan berbagai objek yang indah dan menarik,
akan menjadi kisah yang menyenangkan buatnya.
Selain kehidupan di kampung halaman Nagari Paninjawan,
banyak keunikan tersendiri dan sejak kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi, juga banyak jalinan persahabatan dengan orang
yang baru dikenalnya. Maklum selama 20 tahun terjadi perubahanan, pertemanan
yang harus diawali menjelang usia senja.
Sebagai catatan perjalanan hidup, setelah kembali ke tanah
air dan sisa hidup bisa bermanfaat untuk
masyarakat di kampung halaman Nagari Paninjawan yang berada di Kecamatan 10
Koto Diatas, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.
"Perempuan
langit yang ada di bumi" adalah sebuah metafora yang menggambarkan
perempuan bernama Zeynita Gibbons. Metafora ini mungkin bisa berlebihan tetapi
bisa juga tidak. Sangat tergantung pada pengalaman batin masing-masing.
Zeynita memulai
karirnya sebagai staf perpustakaan di LKBN Antara namun kemudian ia berkembang
menjadi jurnalis yang diperhitungkan. "Lihat nih, dengan menulis ia bisa
berkeliling dunia, mengutip tulisannya banyak diambil koran-koran," ujar
senior pada yuniornya.
"Di
Bandara Heathrow Semua Bermula dan Berakhir," bukan
hanya sebuah judul buku, melainkan sebuah metafora bagi kehidupan yang penuh
dengan perjalanan, pertemuan, dan perpisahan.
Dalam buku ini,
Zeynita membawa pembaca dalam sebuah perjalanan yang melintasi waktu dan ruang,
dari awal karir jurnalistik hingga momen-momen pribadi yang paling intim.
Dengan pena yang tajam dan mata yang jeli, Zeynita menggambarkan kehidupan sebagai
sebuah perjalanan yang tak terprediksi, penuh dengan liku-liku dan kejutan.
Melalui kisah-kisahnya, Zeynita menunjukkan
bahwa kehidupan adalah sebuah kanvas yang terus-menerus berubah, dengan
warna-warna yang berbeda-beda dan garis-garis yang tak terduga. Dan di
tengah-tengah semua itu, Zeynita menemukan makna dan tujuan, seperti sebuah
pesawat yang menemukan jalur penerbangannya.
Buku ini adalah sebuah refleksi dari kehidupan
yang kompleks dan dinamis, sebuah pengakuan dari seorang jurnalis yang telah
melihat dan mengalami banyak hal. Dengan bahasa yang indah dan kaya metafora,
Zeynita mengajak pembaca untuk melihat kehidupan dari perspektif yang baru,
untuk menemukan keindahan dalam kekacauan, dan untuk menghayati setiap momen
sebagai sebuah kesempatan untuk tumbuh dan berkembang.
Langit di atas
Kota London dan ketidakpastian Heathrow, terlihat cerah. Kegiatan di Bandara
yang juga dikenal dengan “London Heathrow” – berada di Hillingdon, sebelah
barat Pusat Kota London – biasa-biasa saja. Bandar Udara tersibuk ke lima di
dunia, itu, sedikit lengang. Namun tetap memberikan kesejukan dan ketenangan
bagi calon penumpang yang datang dan pergi.
Tapi tidak di
hati Zeynita Gibbons. Wanita kelahiran Minang, itu, tiba-tiba menghentikan
langkahnya. Dia, untuk ketiga kalinya, menoleh ke belakang, seperti ada sesuatu
yang ingin dia katakan.
Maret 2021,
adalah saat terakhirnya, setelah lebih dari 20 tahun menetap dan bekerja di
Inggris. Ita – nama panggilan Zeynita Gibbons, telah memutuskan kembali ke
tanah air.
Zeynita Gibbons
telah memutuskan mengabdi di “Taman Ilmu H. Abd. Moeis – Hj. Syamsiar”,
perpustakaan keluarga yang dibangun di Paninjawan, Solok, Sumatra Barat. Taman
baca yang didirikan bersama Kakak-kakak, Adik, dan Keponakan-keponakannya, itu,
didedikasikan untuk kedua orang tua yang dihormati dan disayangi.
Perjalanan
hidup Zeynita Gibbons, ternyata begitu mengecewakan, menyenangkan, dan penuh
kenangan. Tuhan telah memberikan anugerah terindah. Wartawan mengalir di
tubuhnya, selepas menamatkan bangku SMA dan kemuadian menuntut ilmu di Sekolah
Tinggi Publisistik (STP), di Jakarta.
Pertemuan Ita
dengan Jeremy Duncan Roy Gibbons, guru Kursus Bahasa Inggris Intensif (IEC),
tempat ia belajar Bahasa Inggris, yang kemudian menjadi suaminya, seolah-olah
tiba-tiba mengubah jalan hidupnya. Bersama Anastasia Leah Gibbons dan Brenden
Kayne Gibbons – dua anak-anaknya, Ita yang kemudian bernama Zeynita Gibbons,
meninggalkan tanah air, dan menetap di Colchester, Inggris, pada awal tahun
2000. ***