Judul : Sitti Manggopoh, Pejuang Perempuan Dari Minangkabau (1881 – 1965)
Penulis : Armaidi Tanjung, S.Sos., M.A &
Dr. Hendri, S.Pd, M.Pd
Redaksi Ahli : Prof.
Dr. Mestika Zed, MA (alm)
Penerbit :
Pustaka Artaz
Anggota
IKAPI :
038/SB/2023
Cetakan I : Oktober 2024
Halaman : xxiv +
132
ISBN : 978-979-8833-80-9
Harga
: Rp 75.000,-
Sitti
Manggopoh secara fisik langsung
menyerang bala tentara penjajah (Belanda) dalam upaya mengusir penjajah dari
bumi ibu pertiwi. Oleh karena itu, Perang Manggopoh adalah bagian dari
perlawanan perjuangan bangsa Indonesia
di Minangkabau untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Sitti Manggopoh telah berjuang dengan sekuat
tenaga, pikiran, dengan hati yang tulus dan sabar menghadapi Hindia Belanda
yang datang menjajah rakyat Manggopoh ketika itu (1908).
Agaknya
buku ini memang direncanakan khusus sebagai upaya untuk terus-menerus
membangkitkan kembali memori kolektif anak bangsa terkait anti belasting.
Buku ini menjadi pengingat perjuangan trio aktivis sekaligus aktor utama perang
Belasting di Minangkabau awal abad 20. Trio tokoh ini (Abdul Manan,
Mohammad Saleh Dt. Rajo Pangulu dan Sitti Manggopoh) memiliki napas perjuangan
yang sama dalam melawan kebijakan belasting oleh Kolonial Belanda yang kian
mencekik kehidupan rakyat.
Dalam
lembaran sejarah yang penuh perjuangan dan pengorbanan, sosok Sitti Manggopoh
(1881-1965) berdiri teguh sebagai lambang
keberanian dan keteguhan hati. Bagi masyarakat Nagari Manggopoh, Kabupaten Agam khususnya dan Provinsi
Sumatera Barat pada umumnya, nama beliau bukan sekadar kenangan, melainkan
sebuah warisan semangat yang tak ternilai.
Sitti
Manggopoh, dengan keberanian yang
membara, tampil sebagai pahlawan di masa
ketika penjajahan Belanda menindas tanah Minangkabau dengan kebijakan pajak
yang menyengsarakan rakyat. Pajak-pajak yang diterapkan oleh pemerintah kolonial
pada tahun 1908 menambah beban penderitaan masyarakat Sumatera Barat. Gelombang
penolakan muncul dari berbagai nagari,
termasuk Nagari Kamang yang
terkenal dengan Perang
Kamang 1908, mencerminkan kemarahan dan ketidakpuasan rakyat
terhadap penindasan tersebut. Rentetan
dari perang Kamang ini menyusul ke perang Manggopoh.
Dengan
hadirnya buku ini, kita dihadapkan pada sebuah kesempatan emas untuk
lebih mendalami dan menghargai sosok Sitti Manggopoh. Buku ini tidak hanya memperkaya pengetahuan
kita tentang perjuangan melawan kolonialisme Belanda, tetapi juga menegaskan bahwa
emansipasi telah lama menjadi bagian dari perjuangan di Kabupaten Agam. Keberanian dan tekad Sitti Manggopoh
mengajarkan kita bahwa tanggung jawab perjuangan untuk martabat dan harga diri
bukan hanya milik kaum lelaki, tetapi juga hak dan kewajiban perempuan.
Semangat
perjuangan Sitti Manggopoh, sebagaimana tertuang dalam buku ini, patut menjadi
contoh tauladan bagi generasi yang sudah menikmati hasil perjuangan para pejuang
bangsa Indonesia saat ini. Apa yang disajikan dan dimuat dalam buku berjudul “Sitti Manggopoh, Pejuang Perempuan Dari
Minangkabau (1881 – 1965)” yang ditulis Saudara Armaidi Tanjung
dan Hendri Ainsyah Koto ini merupakan
apresiasi terhadap jasa-jasa pahlawan
yang telah berjuang mengusir pemerintahan kolonial Belanda dari bumi
pertiwi ini.
Buku
ini layak dibaca masyarakat pemerhati
perempuan, guru-guru sekolah dasar dan menengah yang ingin menularkan semangat perjuangan
pikiran, mental, dan fisik yang dimiliki Sitti Manggopoh kepada siswanya,
mahasiswa dan perempuan-perempuan hebat yang sudah menjadi inspirasi bagi kaum perempuan.
***
